Saya kadang suka miris dengan misalnya dalam kelompok pertemuan di Lingkungan. Biasa umat yang hadir ada yang latar belakang sosial ekonomi berbeda, tapi sulit untuk bisa membaur menjadi suatu tim yang bisa bertenggang rasa satu sama lain, berkomunikasi baik dan mengesampingkan keterikatan pada hal yang duniawi. Hal ini kalau tidak dirangkul bersama dan dibangun dengan niat tulus & sikap positif bersama, pada akhirnya akan tercipta geng si kaya & geng si miskin. Ujung-ujungnya akan berakhir dengan tidak ada kekompakan, akan terkotak-kotak dan membuat satu sama lain merasa tidak ada gunanya sebuah pertemuan Lingkungan dan tidak ada motivasi lagi bagi umat di dalamnya.
Bukankah kita akan semakin kuat dalam tim bila ada yang bersedia berbagi dalam tenaga, baik sebagai Pengurus Lingkungan; ada yang berbagi dalam materi seandainya dia berlebih; atau ibaratnya dengan kontribusi dan talenta masing-masing sehingga kita bisa bersuka cita bersama tanpa perlu merasa siapa yang tinggi atau lebih rendah? Bukankah di mata Tuhan kita sama saja? Kalau kita melihat peran & kontribusi masing-masing, kita baru sadar, kita tidak dapat hidup sendiri tanpa satu sama lain. Kita sebenarnya SALING MEMBUTUHKAN & MENGUATKAN.
Sebenarnya apakah yang membuat kita harus sombong, lebih terpandang dan lebih berkuasa? Kenapa kita tidak menjadikan harta yang kita miliki untuk lebih bijaksana, lebih bermartabat dan lebih memanusiakan diri kita terhadap yang lain? Memang dengan harta kita bisa membeli apa saja, tapi tidak bisa membeli sebuah SUKACITA.
“Semoga Allah, sumber pengharapan, memenuhi kamu dengan segala sukacita dan damai sejahtera dalam iman kamu, supaya oleh kekuatan Roh Kudus kamu berlimpah-limpah dalam pengharapan.” Roma 15:13.
Rasa aman kita haruslah diletakan pada harta yang bersifat kekal.
Dalam hidup, kita bisa melihat memang baik kekayaan atau kemiskinan bisa membuat orang Kristen untuk menjauhi Tuhan. Satu sebabnya, dan hanya satu: itu karena tidak adanya rasa CUKUP.
“Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. Dalam segala hal dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku; baik dalam hal kenyang, maupun dalam hal kelaparan, baik dalam hal kelimpahan maupun dalam hal kekurangan. Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku. “ Filipi 4 : 12 – 13 (BA)