Beloved Lady

Kehidupan perkawinan saat ini sangat rentan dan rapuh. Kita tahu semakin banyak perempuan minta cerai, tidak tahan menderita &  memikul salib. Padahal salib adalah suatu keniscayaan untuk kita sampai pada kemuliaan. Tanpa proses pemurnian diri lewat segala penderitaan, maka ego kitalah yang berbicara dan dapat menghancurkan diri sendiri dan keluarga.

Perempuan mempunyai martabat yang sungguh luhur. Sejak diciptakan, Perempuan menjadi Pembawa Kehidupan. Dari rahimnya, Tuhan memercayakan kehidupan yang baru. Yesus juga menghargai Perempuan. Yesus menerima Perempuan sebagai sahabat dan murid antara lain Martha dan Maria. Yesus juga menampakan diri kali pertama setelah kebangkitanNya kepada seorang Perempuan.

Jika Yesus saja memandang kita berharga tentulah ini cukup membuat kita sungguh menghargai diri sendiri dan mensyukuri bahwa kita diciptakan sebagai Perempuan. Seorang Perempuan yang mengenal martabat dan jati dirinya yang luhur tentu tidak menyamakan dirinya dengan label-label yang ditempelkan  pada dirinya. Ia berharga bukan karena barang mahal dan branded yang di milikinya atau karena kemolekan wajah dan tubuhnya. Perempuan berharga karena ia di cintai oleh Tuhan.

Tentu dari awal mula Allah menciptakan manusia; laki-laki dan perempuan sebagai gambar dan rupaNya (Kej 1:27). Perempuan dan Laki-Laki diciptakan memiliki martabat yang sama.

Hal yang sangat Saya kagumi dalam Gereja Katolik dimana mengajarkan kesetaraan Laki-Laki dan Perempuan. Konsili Vatikan II menyebutkan bahwa semua orang diciptakan dalam citra Allah. Jadi baik Laki-Laki maupun Perempuan mempunyai martabat yang sama sehingga apapun yang bersifat diskriminatif seperti jenis kelamin, suku, warna kulit, budaya, Bahasa dan agama harus di hilangkan.

Perempuan mempunyai martabat yang sama sebagai anak Allah, ciptaan yang baru di dalam Kristus. Kita mempunyai segala potensi Ilahi berupa talenta, karunia, bakat yang merupakan kekayaan jati diri kita. Yesus telah membebaskan kita dari perbudakan dosa. Hal ini memungkinkan kita berkembang maksimal. Dalam perjalanan memenuhi panggilan ini kita memerlukan disiplin yang kuat untuk menjadi pribadi yang hidup penuh bagiNya.

Sebagai Perempuan kita harus bisa mengatur waktu agar prioritas kita benar. Keluarga harus di dasarkan di dalam Tuhan. Relasi dengan Tuhan harus menjadi prioritas nomor satu bagi setiap Perempuan . Setiap hari Perempuan harus menjadi seorang pendoa bagi keluarganya.

Bagaimana seorang Perempuan dapat berfungsi dengan baik dan benar tanpa kebijaksanaan dari Allah, tanpa Roh Kudus yang menguatkan, menolong, menghibur. Kata Yesus” Diluar Aku, kamu tidak dapat berbuat apa-apa”. Roh Kudus adalah kekuatan kita. Perempuan yang mengaku tugasnya berat dan banyak  haruslah lebih lagi menggantungkan  pengharapannya kepada Tuhan.  Tidak boleh lepas dari Doa, Kitab suci , Ekaristi, Pengakuan Dosa dan komunitas Katolik yang dapat menguatkan iman.

Mari kita refleksikan dan jadikan resolusi hidup menjelang akhir tahun. 

Tuhan memberkati. Amin. (BA)