Kasih selalu kita dengar dan kita pertanyakan dalam hidup ini, bagaimana kasih itu sebenarnya dalam kehidupan ini. Perbedaan sudut pandang memang dapat menimbulkan perselisihan, yang berujung perpecahan. Jika kasih hadir pada setiap orang, seberapa besar perbedaan akan dapat diatasi. Kasih bukan untuk memenuhi kepuasan diri, tetapi demi membawa kebaikan bagi orang lain. Kasih yang berasal dari dalam diri kita biasanya diikuti dengan kerendahan hati.
Kasih tidak munafik, bukan pencitraan, tidak mendendam, tetapi terus setia dan mengasihi meski harus menderita. Bahkan musuh sekalipun harus dikasihi. Jadi saling mengasihi bukanlah menunggu dikasihi baru kita mengasihi. Tetapi tetap mengasihi meskipun tidak dikasihi.
Kasih tidaklah egois. Ia bahkan bersedia mengorbankan diri tanpa berharap mendapat balasan. Kasih pada hakekatnya adalah untuk diberikan. Kita tidak dapat mengasihi tanpa memberi atau berbuat sesuatu.
Tuhan menginginkan kita melakukan tindakan kasih yang tidak mementingkan diri sendiri. Mengasihi adalah kata kerja. Ia bukan konsep saja. Kasih bukan hanya kata-kata saja, tetapi kasih merupakan tindakan nyata(aksi). Kasih harus mengutamakan orang lain.
Kasih kita terhadap sesamalah yang menunjukkan kemurnian kasih kita. Kasih yang ketika dibutuhkan, tidak direalisasikan dalam tindakan bukanlah kasih yang murni. Kasih kita haruslah kasih yang diwujudkan “bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran”.
Mari kita memupuk cinta kasih dalam diri kita dengan pertolongan Rahmat dari Tuhan.
Tuhan, Semoga kami dapat menjadi saksi-Mu yang menyatakan kasih dengan tindakan nyata (aksi), supaya semua orang boleh mengenal Engkau.
1 Yohanes 3:18 :
“Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran.” (MC)