“Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di surga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu.” (Mat 6:14-15)
Saya pernah secara tidak sadar masih memendam rasa tidak suka kepada seseorang sejak masih kecil dan terbawa hingga saya dewasa. Ketika pada suatu hari, saya bertemu dengannya lagi dan saat itu dia sedang sakit, tiba-tiba muncul rasa kasihan kepadanya atas penyakit dan ketidakberdayaannya itu. Lalu seperti ada yang menggerakkan hati saya, tiba-tiba saya bisa memaafkan apa yang telah dilakukannya di masa lalu. Dan perasaan apa yang saya alami setelah maaf itu sungguh-sungguh keluar dari hati nurani saya? Begitu luar biasa damainya…., hati rasanya “plong”! Sungguh pengalaman yang luar biasa yang pernah saya alami!
Pengampunan kita terhadap orang lain haruslah dari hati dan sepenuhnya. Karena pengampunan merupakan persyaratan mutlak dalam memperoleh kehidupan kekal. Mari kita renungkan: Bagaimana saya dapat memastikan bahwa saya memperoleh pengampunan itu? Jawabnya: Orang harus mengampuni agar diampuni.
Sulit untuk dilakukan? Tentu saja. Tuhan tidak pernah menjanjikan jalan yang mudah. Harganya mahal, tetapi hal-hal yang diperoleh akhirnya sepadan dengan harganya. Tuhan sendiri memberikan pipi-Nya yang lain; Dia membiarkan diri-Nya dipukuli dan dihajar tanpa bantahan; Dia menderita segala macam penghinaan namun tidak mengucapkan sepatah kata kutukan pun.
Banyak orang, ketika didamaikan dengan orang lain, berkata bahwa mereka memaafkan, tetapi mereka terus menaruh dendam, terus mencurigai pihak yang lain itu, terus tidak mempercayai ketulusan pihak lainnya. Jika seseorang berkata, “Saya dapat mengampuni tetapi saya tidak dapat melupakan!”, sama saja ya dengan: “Saya tidak dapat mengampuni.”
Tuhan Yesus, lembutkanlah hatiku agar dapat mengampuni semua orang yang bersalah kepadaku. Bebaskanlah hatiku dari kebencian, kepahitan, kemarahan dan balas dendam. Bunda Maria, doakanlah aku. (RFMS)