“Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti”
Potonglah sebatang tebu menjadi seukuran jari-jari telunjuk, setelah itu kunyahlah; rasa manis, nikmat dan segar memenuhi mulut kita, lalu tiba saatnya di mana kunyahan itu hanya menyisakan rasa tawar saja. Di mulut sekarang hanya tertinggal “AMPAS” yang siap dibuang.
Benda yang sudah tak berdaya, tak bermanfaat dan tak berguna yang kita BUANG, itulah yang kita sebut sebagai SEPAH.
Kita sering menggambarkan HIDUP yang sudah tidak berguna sebagai SEPAH, memang benar jika sudah tidak berguna, PASTI DIBUANG.
Tapi lihatlah pada sebuah pabrik pengolahan tebu menjadi gula, sepah tebu yang “DIBUANG” begitu saja, dikumpulkan oleh beberapa orang yang bisa memanfaatkannya untuk bahan dasar spiritus, kosmetik, dan lainnya.
Jangan lagi merasa “KECEWA” bila saat ini kita merasa DIHEMPASKAN, DIBUANG, DISINGKIRKAN. Jangan lagi bersedih dan putus asa bila saat ini kita merasa TERTOLAK dan TERBUANG, mungkin mereka benar telah menghempaskan kita, karena kita tak bisa lagi memberi rasa manis yang mereka butuhkan, tetapi di tangan TUHAN, SAMPAH seperti diri kita ini bisa dijadikan lebih berarti dari sekedar manisnya gula.
Bila saat ini kita merasa terbuang seperti SEPAH, BERSYUKURLAH, karena sesungguhnya TUHAN sedang memilih kita, kita akan ditempatkan di tempat yang lebih tinggi, lebih mulia dari sebelumnya, apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih TUHAN, bahkan apa yang tidak berarti menurut dunia, itulah yang dipilih TUHAN. (EP)