Istilah ‘setengah-setengah’ sering dipakai untuk menggambarkan ketidak-seriusan seseorang, kepalang tanggung, kalau diserahi pekerjaan atau tanggungjawab tertentu bisa tidak selesai. Suatu ungkapan yang bernada negatif. Tentu tidak ada seorangpun mau dikatakan sebagai orang setengah-setengah, entah itu berhubungan dengan kepribadian, pembawaan diri, maupun dalam kehidupan beriman.
Dari Injil Markus 12: 30, Tuhan Yesus menegaskan: ‘Kasihilihah Tuhan Allahmu dengan segenap hati dan dengan segenap jiwa dan dengan segenap akal budi dan dengan segenap kekuatanmu’. Kemudian dalam ayat 31, Tuhan Yesus melanjutkan: ‘kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri’. Inilah dua hukum yang disampaikan oleh Tuhan Yesus yang tidak bisa saling dipisahkan. Ditegaskan bahwa tiada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini. Maka pantaslah kita bersyukur sebagai seorang kristiani, Tuhan Yesus memberikan pendasaran ini. Dari sini kita mengerti segala hukum dan peraturan yang ada, dibuat dan dirumuskan berdasarkan kepada kedua hukum utama ini.
Sebagai perintah utama, berarti itu yang harus pertama-pertama kita jalankan dalam kehidupan ini. Kita sendiri menyadari sebagai ciptaan diantara ciptaan lainnya yang tak terhitung banyak dan jenisnya. Kita sebagai manusia yang mempunyai bentuk seperti ini dengan segala fungsi organ tubuh termasuk kehidupan itu sendiri, dengan segala kemampuan dan kebebasannya karena penyelenggaraan dan pemberian Tuhan. Sudah sepantasnya kita menanggapi kasih Tuhan dengan mencintainya secara utuh, tidak terbagi-terbagi, yang dirumuskan dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan dengan segenap kemampuan kita. Ini membentuk kepribadian kita yang utuh, total. Cinta kita kepada Tuhan yang total ini tidak cukup hanya secara batin, kita sadari dan mengerti, tetapi harus nyata dalam relasi kita dengan alam dan ciptaan lainnya termasuk manusia. Bahkan Tuhan Yesus memberikan ukuran, cintailah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Kiranya benar bahwa setiap orang mencintai, menghargai dan menjaga dirinya dan tidak seorangpun yang ingin menyakitinya atau merusaknya. Demikianlah kita semestinya memperlakukan orang lain. Kalau setiap orang memahami hal ini, saya yakin yang ada adalah kehidupan yang damai dan membahagiakan, tidak ada percecokan dan saling menyakiti.
Semoga dengan hukum utama ini kita menjadi pengikut-pengikut Kristus yang utuh, tidak setengah-setengah, berkomitmen penuh yang berguna bagi kebahagiaan dan keselamatan diri dan sesama, ciptaan lain serta alam sekitar. Tuhan memberkati kita. (TS)