Menggugat Tuhan

Dalam kehidupan kita sehari hari, secara sadar atau tidak, kita kadang ‘menggugat’ Tuhan. Dalam arti mempertanyakan keberadaan Tuhan. Mempertanyakan kebijakan Tuhan. Mempertanyakan ke-mahakuasaan Tuhan. Mempertanyakan kemurahan hati Tuhan. ‘Katanya Tuhan maha kuasa, kenapa pandemi covid 19 ini terjadi dan belum berakhir?”. “Katanya Tuhan Maha Pengasih dan Penyayang, mengapa orang kesayangan saya diambil ketika saya belum siap?”. “Mengapa terjadi bencana alam?, mengapa saya kehilangan pekerjaan?”. Mungkin masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan berupa ‘gugatan’ yang kita lemparkan kepada Tuhan.

Bahkan kadang-kadang secara tidak sadar kita ‘mendudukkan’ Tuhan di kursi tergugat dan kita ‘mendudukkan’ diri sendiri di kursi jaksa penuntut. 

Masalahnya di mana sih? Saya kira masalahnya ada di kenyataan bahwa kita tidak mengerti Tuhan sepenuhnya. Masalahnya ada di kita merasa Tuhan itu seharusnya begini dan seharusnya begitu. Kalau Tuhan tidak bertindak seperti apa yang saya pikirkan, maka Tuhan itu ‘bermasalah’.

Manusia adalah ciptaan dan Tuhan adalah Sang Pencipta. Manusia tidak mengerti Tuhan sepenuhnya adalah hal yang wajar. Adalah hal yang sangat luar biasa kalau ada manusia yang mengerti Tuhan 100 %.

Ketika Musa bertanya pada Allah tentang NamaNya, Allah menjawab: ‘AKU ADALAH AKU’ (Kel 3:14). Allah tidak perlu menjelaskan tentang diriNya. 

Yesus juga mengatakan: ‘Akulah jalan, KEBENARAN dan hidup’ (Yoh 14: 6). 

Dengan kata lain, Tuhan Allah itu tidak bisa dipertanyakan atau digugat. DIA ADALAH DIA. DIA ADALAH KEBENARAN. Apa saja yg Tuhan lakukan (atau tidak lakukan) adalah yang benar. Karena Dialah Kebenaran yang absolut. 

Walau tidak mudah mengenal Tuhan Allah sepenuhnya, namun kita tetap harus berusaha mengenalNya semaksimal mungkin. Caranya? Membaca, mendalami, mencintai Kitas Suci. St. Hieronimus mengatakan: “Tidak mengenal Kitab Suci berarti tidak mengenal Kristus”. Artinya Kitab Suci itu amat berharga dan dapat menjadi sarana bagi kita untuk mengenal Tuhan Yesus secara benar dan lebih mendalam.

“God is not who you think He is, He is who He says He is.”

Tuhan Allah bukan yang seperti anda pikirkan, Dia adalah seperti apa yang Dia katakan tentang dirinya sendiri. (GT)