(Luk 18:11-12)
Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini:
“Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini; aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku”.
Sadar atau tidak seringkali kita merasa diri kita lebih baik dari orang lain, pekerjaan maupun pelayanan yang telah kita berikan lebih hebat dibandingkan pekerjaan maupun pelayanan yang dilakukan orang lain.
Seperti orang Farisi itu, kita lebih mudah menghakimi orang lain, emosi menguasai hati kita sehingga kita hanya sibuk mencari-cari kesalahan orang lain untuk menutupi kelemahan sendiri, protes-protes dilancarkan dengan gencar supaya terlihat perbuatan kita lah yang paling benar.
Firman Tuhan ini mengingatkan kita untuk selalu bersikap rendah hati, bisa menerima segala kekurangan maupun kelebihan orang lain. Bunda Teresa pernah berkata: Kerendahan hati adalah ibu dari semua sifat yang baik, dalam kerendahan hati kasih kita menjadi nyata.
Ketika kita mencoba melihat orang dengan cara pandang kita, ingatlah selalu kalau diri kita juga tidak luput dari cara pandang orang lain.
Tuhan Yesus bahkan memberikan contoh konkrit kepada kita semua tentang kerendahan hati dengan cara membasuh kaki murid-murid Nya (Yoh 13:14), Tuhan datang untuk melayani, bukan untuk dilayani.
Melalui perisitiwa yang terdapat dalam ayat itu, kita diingatkan kembali untuk selalu berbuat kebaikan dengan hati yang tulus dan ikhlas tanpa perlu menyombongkan diri apalagi menjelekkan orang lain, dengan demikian maka segala kebaikan yang kita lakukan akan menjadi berkat, sebab Tuhan berkenan kepada umat-Nya, Ia memahkotai orang-orang yang rendah hati dengan keselamatan.
Tuhan Yesus memberkati. Amin. (AD)