“Dan ketika Yesus mengetahui apa yang mereka perbincangkan, Ia berkata: “Mengapa kamu memperbincangkan soal tidak ada roti? Belum jugakah kamu faham dan mengerti? telah degilkah hatimu? “ – Markus 8:17
Sekitar beberapa tahun lalu saya mengalami kejadian di mana saya sulit memahami Tuhan di dalam kehidupan saya. Sekedar bercerita, saya bekerja di bidang sales dan industri di mana saya bekerja di bidang jasa keuangan. Cerita ini terjadi di sekitar tahun 2015 di mana saya dapat referensi untuk menawarkan produk saya kepada seseorang yang tinggal di Bogor. Lalu saya pergi dengan atasan saya ke Bogor untuk melakukan presentasi penjualan. Singkat cerita orang tersebut berkata “oke nanti akan saya pikirkan”. Setelah itu saya pulang ke Jakarta. Dua hari kemudian, saya mencoba untuk melakukan follow up terhadap orang tersebut. Saat saya coba telpon orang itu menjawab “saya sudah ambil produk ini dengan sales lain”. Saat itu saya jawab “oh baik pak. Tidak apa pak”. Dalam hati, saya sangat kesal. Lalu saya marah pada Tuhan dan dalam doa saya, saya berkata “Tuhan, kok gini sih?”. Singkat cerita saya tidak follow up lagi orang tersebut dan saya langsung coba untuk menawarkan orang lain. Singkat cerita orang lain yang saya tawarkan mengambil produk yang saya tawarkan dengan nilai nominal yang lebih besar. Kurang lebih sekitar 9x lipat. Saat itu saya sangat senang sekali dan bersyukur pada Tuhan.
Pada tahun 2017 saya diizinkan Tuhan untuk mengenal seseorang. Tuhan sangat luar biasa. Karna melalui beliau saya belajar mengenai judul dari renungan ini, yaitu kalkulator Tuhan vs kalkulator manusia. Saat itu saya langsung kilas balik dengan kejadian saya tahun 2015. Ternyata benar, Tuhan tahu apa yang terbaik dan kapan waktu yang tepat untuk memberikan yang terbaik bagi anak-Nya. Maka saat kejadian buruk menimpa kita, janganlah kita kesal. Karna bukan berarti Tuhan tidak mencintai kita. Tuhan hanya sedang mempersiapkan waktu yang tepat bagi anak-Nya. Amin. (PH)