Apakah Arti Hidupku? Sudahkah Aku Mengandalkan Tuhan dalam Hidupku?

Seringkali aku merasa sudah mengandalkan Tuhan di dalam hidupku.

Setiap hari aku berdoa. Bangun tidur berdoa, mau makan tidak pernah lupa berdoa, juga pada saat mau tidur. Membaca Kitab Suci juga dilakukan setiap hari.

Tapi….. Apakah aku sudah mengandalkan Tuhan dengan sepenuh hati?

Di dalam Yakobus 4 : 13-17, dikatakan bahwa manusia tidak boleh melupakan Tuhan dalam setiap perencanaannya, bukan hanya membawa setiap rencana di dalam doa kepada Tuhan, tapi mengandalkan-Nya. Ini berarti melibatkan atau mengikutsertakan Tuhan dalam setiap rencana dan apapun yang akan dilakukan dalam hidup sehari-hari, melakukan segala sesuatu hanya untuk Tuhan dengan cinta yang besar, bahkan dalam hal yang kecil, sederhana dan biasa sekalipun. Merasakan kehadiran Tuhan dan peran serta Tuhan dalam setiap peristiwa sehari-hari.

Mengandalkan Tuhan berarti Tuhan selalu menjadi pusat hidup, pusat hati dan pikiran, apapun yang akan dilakukan, harus katakan: “Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu” (Yak 4: 15).

Semua yang kita lakukan di dalam hidup harus sesuai dengan kehendak Tuhan, bukan mengikuti kehendak diri sendiri. 

Mengapa tidak boleh ikuti kehendak diri sendiri? Bukankah Tuhan memberikan kehendak bebas pada manusia untuk menentukan pilihannya?

Memang Tuhan memberikan kehendak bebas pada manusia, tapi Tuhan itu Mahatahu. Ia Tuhan atas masa lalu, sekarang dan yang akan datang. Ia tahu apa yang akan terjadi, sedangkan manusia tidak tahu apa yang akan terjadi besok, bahkan apa yang akan terjadi 5 menit kemudian; manusia tidak tahu. Hanya Tuhan juga yang tahu apa yang terbaik bagi kita.  Oleh karena itu kehendak kita harus sejalan dengan kehendak Tuhan.

Sebagai mahluk ciptaan Tuhan, manusia tidak boleh melupakan Tuhan yang menciptakannya. Tuhan adalah pemilik hidup kita. Hati diarahkan pada Tuhan tidak hanya pada saat berdoa, tapi dalam setiap apapun yang kita lakukan dalam hidup sehari-hari. Tuhan harus menjadi yang utama dalam hati dan pikiran kita dan Tuhan harus menjadi nomor satu di dalam hidup kita. Kita harus hidup dalam kehendak-Nya, bukan hidup untuk melakukan kehendak-Nya. Kalau kita hidup melakukan kehendak-Nya, kita mungkin akan memberontak dan merasa terpaksa dan terbeban, karena kebanyakan kehendak Tuhan berlawanan dengan ego diri sendiri. Kita harus berjuang mengalahkan ego kita masing-masing. Untuk itu kita perlu mohon rahmat Tuhan agar dapat kehendak kita sejalan dengan kehendak Tuhan, sehingga kehendak Tuhan adalah kehendakku dan aku tidak lagi memberontak, merasa terpaksa dan terbeban. 

Kiranya Tuhan memberikan rahmat-Nya agar kehendak kita sejalan dengan kehendak-Nya, sehingga kita selalu hidup dalam kehendak-Nya dan selalu berusaha menyenangkan hati-Nya. Amin. (MVW)