Hari ini tanggal 15 April adalah hari Jumat Agung, di mana kita memperingati wafatnya Yesus di salib. Setelah mengalami penyiksaan yang hebat, Yesus disalibkan. Bergantung di kayu salib, Yesus amat menderita. Dalam penderitaan-Nya, Yesus tidak mengumpat orang-orang yang menyalibkan-Nya. Malah Ia berdoa kepada Bapa-Nya di Sorga agar mengampuni orang-orang yang telah menyerahkan-Nya, menyiksa-Nya dan menyalibkan-Nya. Aneh sekali, bukan?
Mengampuni adalah salah satu sifat Allah. Karena manusia diciptakan seturut gambar Allah, maka seyogianya manusia juga mewarisi sifat mengampuni tersebut.
Ketika Petrus bertanya pada Yesus, berapa kali saya harus mengampuni, Yesus menjawab 70 kali 7 kali. Pengampunan yang sempurna dan tanpa syarat.
Lalu kita bertanya, kalau saya mengampuni orang yang menyakiti saya, siapa yang pertama-tama mendapatkan manfaatnya? Yang mengampuni atau yang diampuni. Saya pernah bertemu dengan seseorang yang tidak mau mengampuni orang yang menyakitinya walau waktu sudah berselang 40 tahun. Saya katakan, ibu seperti sedang membawa sebuah tomat busuk. Ibu bangun memegang tomat busuk, sarapan dengan tomat busuk, ngopi dengan tomat busuk, makan siang dengan tomat busuk, jalan-jalan dengan tomat busuk, bahkan tidurpun dengan tomat busuk. Emangnya siapa yang mencium bau tomat busuk tersebut? Ibu sendiri atau orang yang ibu tidak mau ampuni? Ibu sendiri toh yang setiap hari hidup dengan tomat busuk tersebut? Yang rugi ibu sendiri toh?
Maka, mari kita belajar dari Sang Guru kita, Yesus Krisus, yang mengajarkan dan mempraktekkan pengampunan. Yang pertama merasakan manfaat dari mengampuni adalah diri kita sendiri.
Apakah teman-teman masih belum bisa mengampuni? Masih membawa tomat busuk setiap hari? Mintalah kekuatan dari Roh Kudus agar teman-teman diberi kekuatan dan rahmat untuk mengampuni dan rasakan kebebasan batin, terlepas dari tomat busuk. Amin. (GT)