Servant Leadership

“Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan.Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamu pun wajib saling membasuh kakimu.Sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah kuperbuat kepadamu “ – Yohanes 13:13-15

Jikalau kita ditanya kembali mengenai: apa sih motivasi pertama kali kamu mau melayani di Gereja? Jawabannya tentu bermacam-macam neh, misalnya: ada yang mencari teman, mencari pacar, suka kumpul-kumpul, biar malam minggu gak sendirian, wadah buat menyalurkan bakat, dan lain sebagainya.  Menurut pendapat saya, tidak ada yang salah dengan semua motivasi awal dari keinginan kita untuk melayani di Gereja.

Kalo motivasi saya melayani di Gereja karena saya tertarik melihat Paus Fransiskus sebagai pemimpin Tertinggi Gereja Katolik Roma akan tetapi selalu memberikan keteladanan dalam melayani dengan kasih.  Menurut pendapat saya, Paus Fransiskus adalah seorang pemimpin yang melayani, artinya jika Paus Fransiskus selaku pemimpin tertinggi Gereja Katolik saja mau turun langsung melayani, apalagi kita para pelayan Tuhan yang dipercayakan oleh Paroki sebagai pengurus-pengurus Gereja yang tentunya harus mengikuti teladan pemimpin yang melayani.

Lalu bagaimana cara menjadi seorang pemimpin yang melayani? Menurut Mark Miller dalam buku Servant Leadership in Action karangan Ken Blanchard & Renee Broadwell adalah dengan Cara = SERVE :

  • SEE and shape the future (melihat dan membentuk masa depan komunitas);
    Seorang pemimpin dalam komunitas atau organsisasi harus memulai dengan pertanyaan: ke mana komunitas ini mau dibawa pergi? Apa yang berusaha komunitas ini capai? Komunitas ini mau menjadi apa? Karena ketika komunitas mempunyai visi dan misi maka komunitas itu akan hidup;
  • ENGAGE and develop others (melibatkan dan mengembangkan orang lain);
    Sebuah komunitas yang hanya bisa dijalankan oleh 1 orang pemimpin komunitas saja atau one man show adalah komunitas yang gagal, karena komunitas bukan milik 1 orang melainkan Team maka Pemimpin komunitas harus selalu melibatkan dan mengembangkan orang-orang disekitarnya dengan cara: You see me do it (kamu melihat saya bekerja), I doi it with you (kita bekerja bersama-sama) dan I see you do it (Saya melihat dan mendukung kamu bekerja);
  • REINVENT Continuously (terus memperbaharui diri);
    Semakin berkembanganya zaman tentunya komunitas harus selalu memperbaharui komunitasnya tanpa merubah nilai-nilai prinsip dalam komunitas oleh karena komunitas yang tidak memperbaharui dirinya akan ditinggal oleh anggotanya;
  • VALUE relationships (Menghargai hubungan);
    Pelayanan bukanlah pekerjaan yang menerima upah maka seorang pemimpin komunitas harus menjaga dan menghargai hubungan antara sesama pengurus dan anggota komunitas;
  • EMBODY the values (mewujudkan nilai-nilai);
    Seorang pemimpin Komunitas harus menjadi role model dan memberikan untuk menerapkan nilai-nilai dalam komunitas, karena orang-orang tidak akan mengikuti seorang pemimpin yang tidak mereka percayai.

“Good leaders must first become good servants “
-Robert Greenleaf- (DW)