Si Kakek & Si Nenek

Shalom Bapak Ibu, Saudara/i terkasih dalam Kristus,

Pada suatu hari ada sepasang kakek nenek yang hidup bersama. Tetapi suatu hari sang nenek merasa bahwa si kakek sudah tidak bisa mendengar dengan baik karena seringkali sang kakek diajak bicara dan tidak dijawab. Akhirnya sang nenek pun mengkonsultasikan hal ini ke dokter. Sang dokter memberi saran agar mencoba mengetes sejauh apa kakek ini masih bisa mendengar dengan baik. Cara ngetes nya adalah dengan mencoba berbicara dengan suatu jarak tertentu, apabila tidak ada jawaban, kemudian bisa dicoba lebih dekat sehingga nantinya akan diketahui berapa jarak yang bisa didengar oleh sang kakek. 

Akhirnya saran dari dokter ini dipraktekkanlah di rumah. Sang nenek berdiri dengan jarak sekitar 5 meter dan mulai menanyakan kepada sang kakek “kek, nanti malam mau dibuatkan makanan apa?” kemudian nenek tersebut diam sejenak untuk mendengarkan jawaban dari sang kakek. Tetapi dia tidak mendengar adanya jawaban. Sehingga si nenek berpikir, berarti jarak 5 m ini tidak bisa terdengar oleh si kakek.. Akhirnya si nenek memperpendek jarak bicaranya menjadi 3 m. Hal sama dilakukan sang nenek dengan menanyakan kepada si kakek “nanti malam mau makan apa?” tetapi si nenek tidak jg mendengar jawaban sang kakek. Kemudian si nenek kembali mendekatkan jarak bicaranya lagi menjadi 1 m, kemudian si nenek menanyakan kembali hal yang sama. Kemudian mendadak si nenek mendengar jawaban dari si kakek. “Nek, daritadi saya sudah menjawab bahwa saya mau makan Babi Hong nanti malam, kenapa kamu tanya hal tersebut berulangkali?”.

Ternyata yang mengalami masalah pendengaran adalah sang nenek, bukan sang kakek.

Dari cerita singkat ini, kita melihat, kita pun mungkin seringkali melakukan hal yang sama dengan sang nenek, yaitu kita lebih mudah melihat kesalahan/kelemahan yang ada pada orang lain tanpa terlebih dahulu melihat kemungkinan adanya peran kita sehingga terjadinya sebuah masalah. Kita cenderung menyalahkan orang lain daripada mengkoreksi diri kita sendiri seperti yang dikatakan di dalam Mat 7 : 3 “Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui”. Mari kita lebih merendahkan hati merefleksikan diri kita masing-masing sehingga kita belajar untuk tidak menyalahkan orang lain atas kejadian yang kita alami. Tuhan memberkati (LO)