Belajar dan “Belajar”

Beberapa hari lalu, saya kebetulan bertemu kembali dengan sahabat orang tua saya. Sebenarnya saya agak enggan bertemu dengannya karena saya tahu si Om tersebut suka menggerutu. Semua hal selalu dikomplain. Hanya karena rasa hormat kepada yang lebih tua, saya pun menyapanya.

Setelah basa basi sebentar, dimulailah “percakapan” yang sebenarnya, yaitu komplain mengenai sesuatu. Hal yang diceritakan pun sudah pernah saya dengar sebelumnya. Tetapi yang mengejutkan saya, versi kali ini jauh lebih berkembang dari sebelumnya, padahal kejadiannya sudah berlalu (tidak ada perubahan).

Jadi selama ini hal tersebut tetap diingat oleh di Om, dan seiring waktu hal tersebut berkembang menjadi versi lain.

Saya teringat kalimat yang pernah saya dengar, untuk selalu membuang hal yang tidak baik, melepaskan hal yang negatif, bahkan belajar untuk melepaskan hal yang menjadi kesukaan kita. Dengan demikian diri kita akan mampu melihat sisi lain dari setiap kekecewaan. Kita akan mampu bersyukur atas setiap hal yang terjadi. Hal ini yang selalu saya berusaha ingat dalam setiap kekecewaan yang terjadi dalam hidup.

Semakin kita belajar bersyukur, kita akan semakin mampu untuk melihat bahwa banyak sekali hal baik yang terjadi dalam hidup kita. Dan tentu saja apabila semakin kita “belajar” untuk menyimpan kekecewaan, kita pun akan semakin “melihat” suatu hal dari sisi negatif yang belum tentu kebenarannya. Dan pasti itu akan lebih menyakiti diri sendiri.

Tetap lah belajar untuk selalu bersyukur dan bersyukur

Tuhan memberkati (ES)