Secangkir Kopi Pahit

Bagi sebagian orang, diminta untuk minum secangkir kopi pahit, tentu saja bukanlah hal yang menyenangkan, apalagi  bagi yang tidak suka minum kopi. Di kehidupan sehari-hari seringkali kita merasa terpaksa untuk melakukan hal yang menurut kita tidak menyenangkan. Contohnya memaafkan orang yang berbuat salah kepada kita. Untuk memaafkan tentu saja bukan hal yang mudah, apalagi jika orang itu telah menyakiti dan membuat kita susah. Ibaratnya seperti seorang yang mengantuk dan tidak suka kopi tetapi dipaksa untuk minum kopi pahit agar kantuknya hilang. Hal ini tentu saja tidak mudah dan terasa aneh di lidah kita. Karena hanya rasa pahit yang lidah kita rasakan, itu merupakan satu hal yang lumrah jika kita baru sekali mencobanya. 

Tetapi jika kita mencoba berulang kali dan lidah kita sudah mulai terbiasa, maka kita bisa merasakan sensasi minum kopi pahit. Ada pepatah mengatakan, bisa karena terbiasa. Demikian juga dalam hal memaafkan, jika kita baru sekali mencoba membuka hati untuk memaafkan musuh kita, tentulah hal yang sangat sulit dan aneh. Hati kecil dan ego kita sering memberontak dan berkata: “Mengapa saya harus memaafkan dia yang telah membuat saya susah”. 

Kita sebagai orang Katolik tentu saja harus mengikuti teladan dan ajaran Yesus. Di dalam Injil Matius 18:21-22 tertulis Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ita berbuat dosa kepada aku? Sampai tujuh kali? Yesus berkata kepadanya : Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali

Tuhan Yesus meminta kita memaafkan sesama tanpa batas. Tentu hal ini sangatlah tidak mudah, ketika kita selalu mengingat  kesalahan orang lain, maka kita akan sulit sekali mengampuni. Kita harus belajar rendah hati, membuka diri serta mohon penyertaan Roh Kudus agar dapat memaafkan musuh kita.  Dengan mengampuni musuh kita, maka Allah pun akan mengampuni kita. Semua pilihan ada di tangan kita sendiri, apakah kita hanya ingin merasakan kepahitan atas dendam kepada orang yang kita anggap sebagai musuh? Atau kita ingin merasakan sukacita, damai dan tenang jika kita memaafkan musuh kita?  

Salam secangkir kopi pahit. Tuhan memberkati (EL)