Lukas 18:9-14
Suatu waktu saya membaca cerita yang cukup menggelitik, yaitu tentang seekor tupai yang merasa dirinya paling benar. Sang tupai dengan sekehendak hatinya keluar masuk dari rumah seorang petani yang baik hati.
Tupai masuk ke rumah petani dengan alasan ia lapar dan haus, lalu petani yang baik hati itu dengan suka cita menerima sang tupai supaya ia bisa mendapatkan segala yang diperlukan oleh sang tupai dengan syarat yang sangat sederhana, yaitu supaya tupai jangan terlambat tiba pada saat sebelum acara makan dimulai dan ia juga harus menghargai makanan berupa roti yang sangat diinginkannya tersebut dengan layak.
Namun sang tupai tidak peduli terhadap nasihat petani itu, ia tetap masuk ke rumah petani seenaknya dan juga memakan roti dengan sesuka hatinya, dia hanya berpikir tujuannya untuk masuk ke dalam rumah petani adalah untuk makan roti milik petani yang menurutnya juga merupakan haknya, mengapa mau makan saja harus diatur-atur?!
Kita seringkali beranggapan semua hal yang ada di dunia ini adalah merupakan hak kita tanpa peduli dengan kewajiban yang juga harus kita lakukan/taati (baik itu aturan, prosedur maupun etika).
Sejak kita lahir, hak asasi manusia memang sesuatu yang diberikan oleh Tuhan kepada kita. Hak merupakan sesuatu yang layak diterima oleh setiap manusia, namun seringkali kita lupa kalau hak juga selalu berjalan bergandengan dengan kewajiban.
Seorang hamba, dalam situasi apapun tetap memiliki kewajiban untuk taat kepada tuannya, taat artinya memberi diri dengan segala kerendahan hati, menundukkan keberadaan diri sebagai sikap hormat yang keluar dari dasar hati yang paling dalam.
Dalam cerita diatas, ketidak taatan tupai terhadap aturan-aturan yang telah ditentukan adalah suatu keangkuhan diri dengan hanya mau melakukan perbuatan sekehendak hatinya saja.
Seringkali kita merasa diri kita-lah yang paling benar dengan mengatasnamakan Tuhan, seperti orang Farisi yang diceritakan dalam Injil Lukas 18:11 yang mengklaim kalau segala tindakannya adalah baik dan benar dibandingkan si pemungut cukai.
Tetapi ingatlah selalu, pada saat itu Yesus berkata “…Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barang siapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan” (Lukas 18:14).
Sebagai seorang hamba yang memohon kerahiman Tuhan, sepantasnyalah kita merendahkan diri kita dihadapan Tuhan dengan segala penghormatan, penyerahan diri dan ketulusan hati.
Tuhan Yesus memberkati kita semua. Amin (AD)