Abraham adalah bapa bangsa Israel, juga bapa kaum beriman, bapa kaum peziarah. Perjanjian Baru memuji Abraham karena iman yang total kepada Allah: “Karena iman Abraham taat, ketika ia dipanggil untuk berangkat ke negeri yang akan diterimanya menjadi milik pusakanya, lalu ia berangkat dengan tidak mengetahui tempat yang ia tujui. Karena iman ia diam di tanah yang dijanjikan itu….” (Ibr 11: 8). Abraham pergi tanpa tahu persis tempat yang harus ia tuju, tetapi ia tahu persis tujuan perjalanannya. Yaitu mengikuti panggilan Allah, tanpa harus tahu apa yang akan terjadi diperjalanan nantinya. Ketika kita dibaptis menjadi murid Yesus, kita tidak tahu akan apa yang akan terjadi pada diri kita, tetapi kita percaya bahwa Allah akan menunjukkan jalan sambil menyingkapkan satu persatu alasan mengapa Ia memanggil kita.
Kepada Abraham perintah Tuhan jelas dan tegas: “Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini…” (Kej 12 :1). Perintah ini tentu sangat berat karena harus meninggalkan negeri, saudara-saudarinya dan bapanya yang ia cintai. Meninggalkan negeri berarti meninggalkan segala sesuatu yang selama ini dianggapnya milik dan harta, yang merupakan hasil jerih payahnya selama ini. Meninggalkan sanak-saudaranya berarti berani meninggalkan hubungan kekerabatan, adat-istiadat dan segala nilai yang melatar-belakangi hidup kita. Sanak saudara Abraham tentulah banyak, sementara itu ia hanya membawa istrinya dan Lot, anak saudaranya. Dapat dibayangkan, tentu tidak mudah bagi Abraham untuk meninggalkan sanak-saudaranya, segala relasi dan budaya yang ada dalam kampung halamannya. Meninggalkan bapanya, artinya: menunjukkan kerelaannya untuk berani melepaskan diri dari ikatan emosional yang membelenggunya sehingga kita bisa hidup bebas. Meninggalkan ikatan emosional dengan orang-orang yang paling kita cintai. Kelekatan hubungan dan emosional dengan orang-orang tertentu memang dapat merusak ketulusan dan kemerdekaan batin kita untuk menjalani peziarahan hidup ini.
Berziarah berarti mengikuti panggilan Bapa dengan berani bersikap lepas bebas, berani meninggalkan: negeri, saudara-saudarinya dan bapanya, sebagaimana Abraham berani meninggalkan segalanya dan berani menanggung resiko tarhadap apapun yang menghalangi perjalanan perziarahannya. (LS)