Maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu dan berkata kepadanya: “Aku mau, jadilah engkau tahir.” (Mrk 1:41)
“Aku mau …” Kalimat pendek yang terdiri dari dua kata ini layak untuk digali dan direnungkan. Kita sudah pasti tidak asing mendengar ataupun mengucapkan kalimat ini. Jika kita membaca/mengucapkan kata-kata ini dengan cepat, mungkin akan kehilangan kedalaman maksud dan maknanya. Mari kita mengingat kembali bahwa dua kata ini sering digunakan pada berbagai waktu dalam Liturgi kita dan digunakan untuk menyatakan iman dan komitmen. Kata-kata itu digunakan dalam pernikahan untuk membangun persatuan spiritual yang tak terpatahkan, selain itu, digunakan dalam pembaptisan dan sakramen lainnya untuk memperbaharui iman kita di depan umum.
Yesus mengatakan mau (menyembuhkan) kepada seorang berpenyakit lepra. Fakta bahwa Ia memiliki kuasa yang besar. Kuasa-Nya yang Mahakuasa. Ini menunjukkan bahwa Yesus dapat menyembuhkan semua luka/penyakit. Kata-kata-Nya adalah tindakan yang efektif. Begitu Ia menghendaki, maka pasti akan terjadi.
Kita adalah manusia lemah dan sering jatuh ke dalam dosa. Dosa inilah penyakit kita. Sudah pasti kita juga tidak dapat menyembuhkan diri kita sendiri. Kita membutuhkan Penyembuh Ilahi. Marilah kita merenungkan apa maksud kata-kata itu dalam kehidupan kita. Ketika Yesus mengucapkan kata-kata itu kepada kita, apakah yang Ia mau lakukan? Sudahkah kita percaya penuh dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada-Nya? Kita diingatkan untuk berpaling kepada Yesus, berlutut, dan memohon tindakan-Nya dalam hidup kita. Apakah kita bersedia untuk meminta dan menerima kehendak-Nya?
Tuhan, aku mengakui kehendak Ilahi-Mu dalam hidupku. Tetapi terkadang keinginanku lemah dan sering duniawi. Bantulah aku untuk mempercayakan hidupku kepada-Mu. Bantulah aku untuk terbuka terhadap apa pun yang Kau kehendaki dalam hidupku. Bunda Maria, doakanlah aku. (RFMS)