Bertobat

Markus 6 : 12–13
Lalu pergilah mereka memberitakan bahwa orang harus bertobat, dan mereka mengusir banyak setan dan mengoles banyak orang sakit dengan minyak dan menyembuhkan mereka.

Sebentar lagi kita akan memasuki masa Prapaskah, masa di mana kita melakukan pantang dan puasa serta masa di mana kita juga sekali lagi diajak untuk melakukan introspeksi diri atas kehidupan yang telah kita jalani. Intinya kita masuk dalam masa pertobatan.

Dalam bacaan Injil diatas para rasul diutus oleh Yesus sama seperti kita semua juga diutus dalam setiap akhir perayaan Ekaristi, di mana Imam mengatakan: “marilah pergi kita diutus”, dan umat menyambut dengan kata: “Amin” , artinya kita setuju. 

Sebenarnya kita diutus sejak kita dibaptis , kita secara otomatis menjadi utusan Tuhan untuk mengabarkan Kabar Suka Cita kepada semua orang untuk bertobat. Kita bisa melakukannya dengan perbuatan dan perkataan kita sehari-hari, kita ini ibarat Injil yang hidup dan berjalan oleh karenanya semua perkataan dan perbuatan kita merupakan cerminan bagi semua orang terhadap agama dan kepercayaan kita terhadap Tuhan Yesus Kristus.

Bagaimana kita mewujudkan secara nyata? Setiap orang mempunyai talenta yang berbeda beda, satu sama lain tidak ada yang lebih hebat melainkan mempunyai kharisma dan daya guna tersendiri, ada yang menjadi Imam, Biarawati, Pewarta, Prodiakon, Pengurus Gereja, Guru, Satpan, Dokter, Supir atau apapun juga, dan yang terutama adalah dari setiap orang dengan talentanya masing masing memancarkan kasih yang menjadi teladan hidup Tuhan Yesus sehingga bisa membawa pertobatan bagi siapa saja.

Namun sebelum kita mulai perutusan untuk mengajak orang bertobat, kita harus lebih dahulu bertobat agar kita tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain. Hal ini bukanlah suatu hal yang mudah, memerlukan suatu keberanian dan keyakinan serta tidak mudah putus asa dalam menghadapai hambatan dan tantangan, kadangkala hambatan datang dari orang terdekat kita, bisa dari istri, suami, anak, orang tua, pacar atau teman dalam pelayanan itu sendiri. Janganlah kecil hati karena Santo Petrus (Quo Vadis) dan Santo Paulus (2 Kor1:8) pun mengalami hambatan yang sangat berat pula, namun dengan bimbingan Tuhan Yesus mereka tetap teguh sampai akhir, kitapun harus terus menerus berdoa agar dalam perutusan yang kita jalankan Tuhan Yesus senantiasa campur tangan.

Mazmur 55:23
Serahkanlah segala kuatirmu kepada Tuhan maka IA akan memelihara engkau! Tidak untuk selama lamanya dibiarkanNya orang benar itu goya
h.

Selamat melayani. Amin (HL)