Pemimpin kok melayani? Kata melayani identik dengan menjadi pelayan. Oleh karena itu, sering seorang pemimpin merasa risih. Saya kan pemimpin, kok melayani sih? Nanti jatuh martabat saya.
Sebagai seorang Katolik, kita secara sadar menerima bahwa Yesus yang adalah Anak Allah sekaligus sebagai pemimpin, panutan dan cerminan dalam kehidupan kita. Pemimpin yang membawa kita ke jalan yg baik dan benar. Apakah Yesus sebagai pemimpin kita hanya duduk berleha-leha saja? Suruh ini suruh itu? Tunjuk sana tunjuk sini?
Dalam catatan sejarah, sebagai pemimpin Yesus banyak sekali melayani di kota-kota yang dilalui-Nya, antara lain:
- Menyebarkan ajaran tentang Kerajaan Allah, kasih Allah, dan hidup yang kekal (Matius 5-7, Lukas 10:25, Lukas 8:1).
- Memberikan pengampunan akan dosa (Lukas 7:37-50)
- Memberikan konseling pribadi (Yohanes 3)
- Memberikan pemuridan (Lukas 11:1-5)
- Merangkul dan bergaul bersama orang-orang yang dianggap sampah oleh masyarakat (Matius 9:10-11). Bahkan dalam kenyataannya, sejumlah murid Yesus dulunya adalah seorang pemungut cukai (Matius 10:3), yakni seorang penagih pajak, yang dibenci oleh masyarakat karena dianggap kaki tangan penjajah.
- Mengadakan mujizat-mujizat (Matius 14:15-21), mengusir roh jahat (Markus 1:23-26), menyembuhkan penyakit (Matius 8:5-13)
- Mengecam dan menegur para ahli-ahli agama (ahli Taurat) yang pada saat itu hidup menyimpang dari ajaran Taurat yang mereka sendiri ajarkan (Matius 12:34)
Dan yang paling dashyat adalah Yesus Menebus dosa manusia (Yohanes 3:16)
Jadi, apbila kita masih risih dalam melayani, mari sejenak masuk dalam gereja, duduk dan tataplah salib (CWJ)