Banyak orang sulit memilah dua hal, antara tujuan dan sarana; bingung ketika harus memilih apa menjadi tujuan hidup mereka. Yang seharusnya jadi sarana justru dimengerti dan diperjuangkan sebagai tujuan.
Contohnya uang. Uang adalah sarana untuk menjadikan kualitas hidup yang lebih baik, akan tetapi banyak yang memperjuangkan mati-matian sebagai sebuah tujuan.
Orang yang menjalani puasa menghayati puasa sebagai tujuan dengan berjuang mati-matian menyingkirkan segala sesuatu yang bisa membuat puasa menjadi tidak lancar, tidak peduli terhadap orang lain; yang terpenting hanya tidak terganggu konsentrasi untuk berpuasa.
Orang yang menjalani puasa sebagai sarana, melihat puasa sebagai jalan untuk mati raga, mengosongkan diri, mengalahkan ego sehingga dapat menjadi semakin dekat dengan Tuhan dan mampu mencintai sesama.
Yang utama bukanlah puasanya melainkan tujuannya; perjumpaan dan relasi dengan Tuhan jauh lebih utama daripada aturan puasa. Manusia bukan sabat, melainkan sabat untuk manusia…
Puasa bukanlah sebuah tujuan tetapi sebuah sarana agar semakin mampu menguasai ego dan nafsu, semakin dapat andalkan Tuhan dan mencintai sesama.
Dengan puasa dan penyangkalan diri, kita mempunyai tujuan untuk menghadapi dunia dengan kebenaran Kristus. Kosongkan diri, lawan iblis, sadari rencana jahatnya yang menipu, membingungkan dan meyesatkan dalam segala hal. Tolak tindakannya dalam hidup kita.
Menumbuhkan ketabahan dan keberanian untuk memerangi musuh yang menyerang di dalam diri. Andalkan Dia, jangan menyerah pada musuh yang mau merampas kedamaian Kristus….
Inilah PUASA yang sesungguhnya…. (ATLT)