Ketika Yesus sampai ke tempat itu, Ia melihat ke atas dan berkata: “Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu.”(Lukas 9:5)
Kisah tentang Zakheus adalah salah satu kisah favorit saya di dalam Alkitab. Meskipun sudah beberapa kali saya baca cerita ini, selalu saja membawa kehangatan dalam jiwa saya. Saya merasakan cinta kasih Yesus yang sungguh mendalam di dalam ajakan Yesus yang meminta Zakheus turun. Terlebih lagi, Yesus mau saja menumpang makan di rumah Zakheus, yang saat itu dicap sebagai pendosa di kalangan bangsa Yahudi.
Beberapa kali saya pun menangis setiap membaca perikop tentang Zakheus. Kenapa? Karena saya merasa, Zakheus itu saya sendiri. Saya pendosa yang seringkali merasa tidak pantas untuk bahkan datang kepada Yesus. Saya merasa mengulang-ulang dosa yang sama, karakter saya masih jauh sekali dari yang Tuhan Yesus mau. Jadi terkadang saya malu, untuk datang kepada Yesus untuk kesekian kali nya untuk berkata: “Tuhan, ampuni saya.”
Tetapi perikop tentang Zakheus sangat menghibur saya. Seperti Zakheus, walau saya tau saya orang berdosa, tapi saya tetap mau percaya kalo Allah saya itu Maha Rahim. Saya memilih untuk tetap mencoba mendekati Yesus, walau mungkin dari kejauhan, dari atas pohon, tapi pandangan saya mau tetap terarah untuk mencari Yesus, dalam keadaan saya yang paling kotor sekalipun.
Saya pun percaya, Yesus akan memanggil nama saya, yang sedang bersembunyi malu, untuk datang mendekat kepadaNya dan berkata bahwa Ia mau datang bertamu ke dalam rumah hati saya.
Saya sungguh bisa turut merasakan kelepasan, kelegaan, keharuan dan kegembiraan Zakheus, walalupun tidak tertulis di dalam Alkitab. Karena apa yang Zakheus rasakan, itulah yang saya rasakan ketika saya tau Yesus mau dan telah mengampuni dan menerima pendosa seperti saya kembali.
Zakheus berubah menjadi manusia yang baru setelah bertemu Yesus. Dia berjanji untuk mengembalikan semua uang yang telah dia ambil, bahkan mau mengganti kerugian nya berkali lipat. Seperti Zakheus, saya pun juga mau belajar untuk mewujudkan pertobatan saya lewat aksi nyata.
Saya bersyukur saat ini adalah masa prapaskah, masa pertobatan. Saat dimana semua umat beriman bisa mendalami bacaan-bacaan Alkitab, turut berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan lingkungan dan Gereja, yang senantiasa penuh dengan ajakan untuk bertobat, berbuat amal dan kasih.
Selamat menjalani Masa Prapaskah. Jangan pernah takut untuk kembali mendekat kepada Allah Bapa, Sang Maha Rahim. Tuhan memberkati. (PP)